Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Ahlan wa Sahlan ya Akhi, ya Ukhti

Menyeka Debu-debu di Wajah

Written By Rizky Priyatna on Rabu, 29 Juni 2011 | 23.07


Belum lama ini, mendapatkan sebuah taushiyah dari salah satu sahabat saya. Berikut ini isi nasihatnya:

Poin pertama adalah menyediakan waktu untuk mengenali diri sendiri. Poin ini mengingatkan saya dengan nasihat dari Ibnul Qayyim, “Barangsiapa yang mengenal dirinya, ia akan sibuk untuk memperbaiki diri sendiri daripada sibuk mencari-cari aib dan kesalahan orang lain”. Ada empat hal yang dapat dilakukan untuk membuat kita mengenal diri kita. Pertama adalah muhasabah (mengevaluasi diri dan mengambil hikmah dari setiap peristiwa yang kita alami, kita dengar, dan kita lihat). Kedua Muahadah (mereview ulang janji2 kita. Terutama janji yang selalu kita ikrarkan dalam shalat: “sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku semata-mata hanya untuk Allah, Rabb semesta alam” dan “hanya kepada-Mu lah kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami mohon pertolongan”. Sungguh ini adalah janji yang berat, namun, seringkali kita (terutama saya) tidak sadar dan menganggapnya hanya sebagai bacaan shalat rutinitas tanpa mengamalkan maknanya dan menjalankannya dengan sunguuh-sungguh. Astaghfirullah…. :( ). Selanjutnya, yang ketiga adalah Mujahadah (berjuang dan bersungguh-sungguh dalam ibadah. Bukan sekedar menggugurkan kewajiban). Keempat, Muraqabah (senantiasa merasakan pengawasan Allah). Semoga Allah mengenalkan kita dengan diri kita masing2.. aamiin.

Poin kedua adalah menggunakan kacamata iman, ilmu dan amal untuk melihat dengan jelas. ” aku merenungi dunia dan akhirat. Aku menyadari bahwa peristiwa-peristiwa yang menyangkut dunia sungguh nyata dan alami, sedangkan akhirat hanya dapat dilihat dengan kacamata iman dan keyakinan. Yang nyata lebih kuat daya tariknya bagi mereka yang lemah iman.” senantiasa perbaiki iman, ilmu dan amal karena itu dapat menjadi kacamata yang dapat menjaga penglihatan kita dari debu-debu yang menutup penglihatan (terutama penglihatan hati dan jiwa).

Poin ketiga adalah belajar untuk menerima orang lain seperti menerima diri sendiri. Ini adalah bentuk manifestasi menjalankan sunnah Rasul. Rasulullah s.a.w bersabda “ Salah seorang dari kalian belum dikatakan beriman, hingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri”. Islam memang agama yang indah, Islam mengajarkan kita untuk mencintai saudara kita (atau apapun istilahnya – teman, sahabat, dll) seperti kita mencintai diri kita sendiri. Ketika kita mampu untuk melakukannya, maka kita akan benar-benar merasakan manisnya iman dan indahnya ukhuwah. Dada kita akan terasa lapang, jiwa kita tenang karena kita mampu membuang jauh-jauh rasa dengki, benci, iri maupun dendam dari dalam hati dan menggantinya dengan ketulusan cinta dan pengorbanan hanya karena Allah.

Poin keempat adalah berbaik sangka kepada siapa saja. “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka, karena sebagian dari prasangka itu itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang lain dan janganlah menggunjingkan satu sama lain (Q.S. Al-Hujuraat:12). Kenapa kita diperintahkan untuk menghindari prasangka??? Karena pada dasarnya prasangka itu hanya dibangun dari terkaan dan perkiraan semata. Bukankan segala sesuatu yang hanya berdasarkan terkaan dan perkiraan itu tidak baik? Dengan terkaan dan perkiraan yang kita bangun sendiri tanpa bukti yang kuat akan membuat kita selalu mencurigai orang lain dan membawa orang yang dicurigai itu pada tuduhan-tuduhan yang kita bangun dari imajinasi kita sendiri. Bahkan dalam artikel tersebut disebutkan bahwa prasangka itu haram jika mengandung tiga unsure. Pertama, orang yang dicurigai adalah muslim. Kedua, prasangka itu membuat kita memperlakukan saudara kita berdasarkan prasangka buruk yang kita bangun. Ketiga, orang yang tertuduh bukanlah pelaku dosa besar dan bukan pula orang yang terbiasa melakukan dosa-dosa kecil yang tampak di mata orang banyak.

Poin kelima adalah menjaga wudhu. Rasulullah bersabda ”Umatku nanti pada hari kiamat, muka dan kakinya bercahaya karena wudhu”. Subhanallah, Allah memang sangat menyayangi hamba-Nya. Ternyata, ibadah wudhu ini banyak sekali manfaatnya lho! Baik untuk kesehatan fisik maupun kesehatan bathin. Bagian-bagian yang kita basuh saat wudhu itu merupakan bagian dari anggota tubuh kita yang paling sering dan paling mudah terkena debu-debu kotor perusak kulit, hati dan jiwa. Wudhu bisa membersihkan hati dan jiwa?? Iya, ternyata bagian-bagian yang diwajibkan untuk dibasuh ketika kita berwudhu adalah daerah-daerah yang paling sering berdosa. Tak dapat dihitung berapa banyak dosa yang kita lakukan akibat dari makanan yang kita makan, atau minuman yang kita minum, ucapan kita (berbohong, memaki, ghibah, menyombongkan diri), berapa banyak saudara kita yang tersakiti akibat ketajaman lidah kita. Berapa kali telinga kita mendengar mendengar hal-hal yang tidak diridhoi Allah, berapa sering mata ini mengintip hal-hal yang tidak disukai-Nya. Kesalahan dan dosa apa saja yang telah kita perbuat dengan tangan ini, kemana saja kaki kita melangkah. Ketika wudhu kita tak mampu membersihkan hati dan jiwa kita, maka perlu ada yang dikoreksi dari wudhu kita. Menjaga, memperbaiki, dan menyempurnakan wudhu dapat efektif membersihkan kulit, hati dan jiwa kita dari debu-debu yang kotor.

Lanjutan pesannya:

Teman, sungguh diri ini begitu sering bertindak egois, mengabaikan hak-hak dalam ukhuwah, berprasangka buruk, membenci, merasa iri, dengki bahkan mungkin terselip dendam yang tidak disadari. Oleh karena itu teman, saat ini, melalui tulisan ini, saya memohon maaf yang tulus dari teman2 semua atas segala prasangka hati, ucapan, maupun tindakan dari diri ini yang telah menyakiti hati maupun fisik teman2..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar