“Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir” (Ar-Ruum 21)
Malam beranjak larut. Lelaki muda itu sudah mematikan motor lawasnya sejak dari kejauhan karena tak ingin mengganggu tetangga dan keluarganya yang sedang terlelap. Sambil menggiring motor ke dalam rumahnya, lelaki muda itu menerawang ke langit malam yang tampak gelap kelabu. Sebentar lagi akan turun hujan tampaknya, pikirnya.
Sesampainya di depan pintu rumahnya, lelaki muda itu mengucapkan salam sambil mengetuk kaca jendela yang keduanya dilakukan dengan sama pelannya. Tak lama kemudian, lampu di dalam rumah itu dinyalakan. Tampak siluet wanita berjilbab dari balik gorden sedang berjalan ke arah pintu.
“Wa’alaikumsalam warahmatullah”, ujar suara di balik pintu yang merupakan istri lelaki itu. Wajah sang pemilik suara itu memancarkan senyuman terindahnya. Dibantunya sang suami untuk membereskan segala yang dibawanya. Tas laptop dan bungkusan berisi beberapa buku yang dibawa sang suami sudah berpindah ke tangannya. Sang suami menyandarkan tubuhnya sebentar di dinding ruang tamu tanpa kursi dan meja itu. Tak lama kemudian, sang istri datang dengan membawa segelas air putih yang langsung diserahkan kepada suaminya.
Indra penciuman lelaki itu menangkap aroma yang manis dari tubuh istrinya. Ditatapnya wajah sang istri sambil menikmati aroma yang menggetarkan itu. Cantik sekali, batinnya. Ditatap sang suami sedemikian rupa, wanita berkerudung itu jadi salah tingkah. “Anak-anak sudah tidur dari tadi”, ujarnya memecah kesunyian. Ada nada gugup dari ucapannya yang barusan.
“Aku mau cuci muka dan ganti baju dulu”, ucap sang suami sambil beranjak dari sandarannya. Wanita muda itu kemudian membantu suaminya untuk menanggalkan kemeja yang dipakainya. Saat sang istri melepaskan kancing baju suaminya satu persatu, sang suami memandangi kembali wajah istrinya yang lantas merona jingga karena menahan malu. Diusapnya wajah lembut sang istri dengan mesra. “Malam ini kamu cantik sekali, sayang”, bisik suaminya sambil berlalu ke arah kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Beberapa saat usai membersihkan dirinya, pandangan sang suami tertuju kepada sosok istrinya. Tak seberapa lama, kedua anak manusia itu larut dalam gelora cinta yang paling purba.
***
Ada sumber energi dahsyat yang selalu membuat para lelaki sejati mengisi hidup mereka dengan semangat menggelora. Sumber energi itu adalah para wanita yang menjadi istri mereka. Bagi saya, istri adalah penawar dahaga di saat tubuh ini lelah berjelaga. Saat diri ini buntu menghadapi kilah dan ulah dunia, istrilah yang menjadi jalan keluarnya. Saat memandang wajah cantiknya, menghirup aroma legitnya, mendengar merdu suaranya, semangat yang meredup spontan berdegup.
Apabila mendengar suaranya, merasai aromanya, dan memandangi wajahnya sudah memberikan energi yang berlimpah, apatah lagi saat menikmati saat-saat intim bersamanya. Ada kenikmatan yang membanjiri lubuk hati ini ketika usai menunaikan tugas itu. Begitu pula ketika Allah menggunakan redaksi “litaskunuu ilayha” dalam firmanNya di atas, itu berarti ada kenikmatan yang lebih bersifat indrawi ketimbang maknawi dalam hubungan suami dan istri. Kenikmatan yang hanya bisa dirasakan oleh mereka yang telah menautkan cintanya dalam ikatan suci sebuah pernikahan. Kenikmatan yang bersumber dari mengalirnya gejolak syahwat di saluran yang tepat. Kenikmatan yang hanya bisa lahir dari percintaan yang halal nan berpahala. Kenikmatan yang menenangkan.
***
Syahwat terhadap para wanita merupakan sumber vitalitas yang memberikan para lelaki gairah untuk bekerja dan berkarya. Itulah sebabnya Islam mengatur penyaluran yang tepat agar ia memberikan efek produktivitas bagi kehidupan manusia. Saluran itu adalah menikah. Ketika pintu-pintu yang awalnya diharamkan menjadi halal, ketika itulah segenap emosi dan potensi manusia menjadi terarah. Seorang lelaki sejati adalah mereka yang meredakan gejolak emosinya saat menemui wanita mereka. Semua kelelahan jiwa raga, keletihan ragawi dan hati akan luluh meluruh ketika tangan kasar mereka disentuh kulit lembut istri mereka, saat aroma kecut mereka terhapus dengan wewangian dari tubuh istri mereka, ketika raga mereka berpadu dalam cinta suci nan kudus itu.
Sebagai penutup, kepada teman-teman saya para suami, mari kita simak nasihat yang indah dari Sayyid Muhammad Al Baqir ini.
“Wanita yang terbaik di antara kamu ialah yang membuang perisai malu ketika ia menanggalkan baju untuk suaminya, dan yang memasang kembali perisai malunya ketika ia berpakaian lagi.”
Saat membuat tulisan ini, saya teringat dengan syair sebuah lagu yang berjudul Ingin Pulang.
Gus Nuk, LuwukSaat saat seperti ini
Pintu t’lah terkunci lampu t’lah mati
Kuingin pulang
Tuk segera berjumpa denganmu
Ah…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar