Usai sekolah SMA aku memutuskan untuk hijrah ke kota besar Jakarta, pergi
kesana berniat kerja di kota tersebut, tidak sulit bagiku untuk mendapat suatu
pekerjaan, menjadi asisten dokter disebuah klinik kecantikan.Bagini rasanya
hidup di Jakarta, harus siap dengan resiko yang datang silih berganti. Pertama
kali interview di klinik dengan dokter yang backgroundnya non muslim, otomatis
melarangku untuk mengenakan jilbab dan aku menurutinya. Bahkan aku seperti
tidak mengenal diriku sendiri, tidak bisa memutuskan suatu perkara mana yang
baik dan mana yang buruk,hmm... Satu tahun berlalu, hari-hari kulalui penuh
dengan tekanan rumit, pergulatan antara batin dan fikir, penyesalan mulai
menghampiri hatiku, sejak awal bekerja “aku belum rela untuk melepas jilbabku ini,tapii...aku
butuh pekerjaan ini..”. Betapa bodohnya aku dulu. akal sehatku mulai tercemar,
berangkat kerja berjilbab..tapi apa yang aku lakukan dibis aku lepas jilbab
itu,sungguh memalukan padahal gaji yang ku dapat tidaklah seberapa,bertubi-tubi
perasaan bersalah menyelinap di hatiku."ada apa denganmu hasna? tak
malukah kamu terhadap Allah? kamu sudah berkhianat, mengacuhkan penglihatan
Allah". Aku menangis....:’( Kehidupan lingkunganku juga tak nyaman, lebih
rumit dan memprihatinkan, tidak mengenal itu kawan, bagi mereka semua menjadi
lawan,perselisihan, persaingan, pengkhinatan, perselingkuhan, gibah, memfitnah,
adu domba,cari muka dsb. Semua itu menjadi lalapan tiap hari mereka, sedikit
kebaikan yang ada di tempat itu, sungguh memprihatinkan!. Entah apa yang
membuatku mampu bertahan hingga 2 tahun kurang 2 bulan, diriku memang tidak
bergeming dengan kehidupan seperti itu, aku tetap berada di jalur yang baik sesuai
ajaran guru ngaji dan orang tuaku, aku tetap melakukan rutinitasku sebagai
seorang muslimah, rajin mengkaji alquran dan berdakwah kepada teman-teman
disekitarku, tak sedikit yang mencibirku keki. Hari-hariku mulai galau, bulan
ini bulan ramadhan dan hatiku dipenuhi dengan kerinduan kepada-Nya, Dengan
setumpuk penyesalanku yang tak kunjung habis, menjadikan aku rindu kembali ke
kehidupanku yang lama dimana selalu ada keceriaan dan kebaikan. Namun aku yakin cahaya ramadhan akan
menghampiriku, meski sadar dengan rambutku yang nampak terbuka tanpa hijab,
tapi.. hatiku tetap menyeru pada-Nya, berharap pertolongan dari-Nya. Setiap
saat aku berdoa, meminta kepada-Nya agar diberikan jalan untuk bisa lepas dari
kehidupan seperti ini, aku ingin bertobat, ingin kembali kepada-Mu, kepada
ketaatan-Mu Robbku...aku sangat meyakini terkabulnya doa ketika berbuka puasa.
“Aku ingin lebih dekat kepada Mu ya Allah...".
Disamping itu bersyukur memiliki sahabat yang solehah, tak ada lelahnya sahabatku ini, selalu berkesempatan untuk mengajakku pada kebaikan, waktu itu malam ganjil sepuluh terakhir di bulan ramadhan, dia memaksaku untuk ikut itiqap di mesjid kota Bogor, ceritanya untuk berburu malam 1000 kemuliaan...akupun sangat antusias. Pulang kerja, sore hari aku bergegas berangkat ke Bogor, malunya setiba di kampus sahabat ku itu, aku berlari-lari kecil lewat belakang percis detektif saja, berniat melewati jalan pintas malah salah jalan melewati area toilet laki-laki, kebayang malunya seperti apa, salahku tidak mendengarkan intruksi sahabatku di atas tangga sana dan ternyata, jalan antara laki-laki dan perempuan ada pembatasnya, lebih tepatnya seorang akhwat tidak boleh melewati jalan milik ikhwan..ya ampun..dengan polosnya aku.., karena sudah terlanjur,,gak bisa mundur,,akhirnya loncat pagar berusaha masuk ke jalan akhwat, semua mata akhwat tertuju padaku, mukaku memerah malu tapi aku kagum tak ada satupun ikhwan yang memandangku, semua kepala mereka tertunduk fokus, kulihat sekelilingku..semua wanita mengenakan pakaian yang longgar juga lebar dengan hijab yang panjang begitu anggun. Aku berdiri mematung “bagaimana denganku?” betapa malunya diriku, masih mengenakan celana jins panjang dan ketat, meski bajuku lebih panjang hingga ke lutut, aku gugup..rasanya ingin sekali mengecil seketika dan sembunyi di kantong sahabatku..”wi bagaimana ini wi? Aku malu..”ujarku. “tenang...aku sudah siapkan rok panjang lengkap dengan atributnya.hhe” jawab sahabatku! Hupst...tarik nafas panjang, betapa pengertian dan betapa nyamannya berpakaian seperti ini. :) "ingin selamanya...". Pikirku. Tidak sampai disitu, betapa asingnya semua kegiatan yang sedang aku hadapi ini, kajian yang menyejukan, tahajud yang mengiris hatiku, aku berdosa begitu besar, berharap Allah menyambut tanganku. Peran sahabat yang setiap saat mengingatkanku, tak bosan mengirimiku sms tausiyah perintah memanjangkan hijab, buku-buku yang kubaca, artikel-artikel di internet membuatku seringkali menangisi dosa pengkhianatan ini, menyesali kebodohan yang aku lakukan, semakin kuat untukku hijrah kembali ke jalan-Nya. Akupun sudah semester 2 kuliah dan berencana untuk mutasi ke Bogor melanjutkan kuliah di sana juga sudah rindu dengan kota asalku itu dan jemu dengan kota samrawut ini. Sudah aku pikirkan selama satu minggu, meminta pendapat orangtua dan sahabat, kemudian aku menghadap dokter sebagai bosku, beliau tidak mengijinkanku, malah memarahiku, apalah katanya “bundet, mumet..” dengan logat bahasa jawa kental aku tidak mengerti. Beliau memintaku untuk keluar bulan depan saja baiklah aku terima, bertepatan dengan jadwal pertama masuk kuliah dan tanggal kelahirannku. Waktu yang dinanti tiba, 11 september aku sudah meninggalkan kota tersebut dan pindah ke habitat lama yang menyejukan, terasa lega sekali, plong dada ini, aku bertekad akan mengenakan hijabku lagi dengan penampilan yang baru lebih anggun dan sesuai syariat islam.
Tiba di
statsiun pukul 07:30, Subhanallah..sungguh indah, sinar hangat mentari,
burung-burung bernyanyi dengan ceria, angin segar menyentuh lembut hijabku,
perasaan bahagia tak terkira menyelimuti hatiku, seaka-akan kedatanganku
disambut bahagia oleh wajah ceria kota Bogor ku tercinta, semuanya seperti
tersenyum padaku, bersyukur atas hijrahku, terutama sahabat yang selalu
mendakwahiku, dia mencintaiku karna Allah, dakwahnya menuai kebaikan bagi
diriku, dia tidak sia-sia semoga Allah membalasnya, akupun tidak sia-sia,
kepergianku membekaskan kebaikan bagi mereka yang kutinggalkan, ada yang
mengikuti jejakku, mulai mengenakan hijab, rajin sholat, ngaji, sibuk belajar
agama daripada bergosip. Alhamdulillah..semoga Allah meridhoi kami
semua.Aamiin..:) betapa beruntungnya aku,di Bogor aku bertemu banyak teman
akhwat-akhwat tangguh dan solehah, dikampus baruku aku ikut UKM kampus
menyangkut kerohanian islam, niatku ingin belajar dan mengenal banyak tentang
Allah disana. Dan disitu kebahagiaan tak terkira kudapat, ukuwah islamiah yang
amat kental, mengenal Allah lebih banyak, saling menyayangi dan mengasihi
karena Allah. Aku baru sadar bahwa, cintaku di ujung dakwah ini, inilah
cinta.., cinta yang sebenar-benarnya cinta, yaitu cinta kepada Allah yang maha
mencipta cinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar